Jangan sampai salah pilih baut roofing, atap, atau cladding sehingga bangunan yang Anda pasang pasti bocor. Mau? Tentu tidak bukan? Oleh karena itu, silahkan simak ulasan kami terkait baut roofing yang tepat dalam artikel ini. Sebelum Anda menentukan pilihan baut roofing sebagai bahan bangunan.
Istilah dan fungsi baut roofing
Terjemahan dalam bahasa Inggris, baut roofing disebut Drilling Screw, yang berarti pengeboran skrup. Baut roofing merupakan alat penyambung, sekaligus pengikat bahan konstruksi bangunan yang terbuat dari logam karbon rendah. Seperti alumumium, baja ringan, bondek, atap maupun dinding cladding.
Umumnya baut roofing sering juga disebut baut skrup. Karena bentuknya menyerupai sebuah skrup. Yaitu lancip, dan memiliki ulir. Namun nama skrup muncul berawal dari istilah bahasa Inggris. Mengingat proses pemasangan bukan seperti baut baja, atau baut hitam biasa. Tapi, sekaligus melakukan pengeboran.
Akibat proses pemasangan yang demikian. Muncul pula istilah baru bagi baut skrup ini, yakni Self Drilling Screw. Pemasangan Self Drilling Screw dilakukan dengan cara mengebor langsung.
Beda drilling screw untuk atap dan dinding
Perbedaan ini timbul karena posisi konstruksi atap dan konstruksi cladding memang beda. Atap terdapat pada posisi miring, dengan sudut tertentu. Sementara dinding pada posisi tegak.
Oleh karena itu terdapat 6 macam perbedaan baut roofing atap, dan cladding, yaitu:
1. Panjang baut
Ragam ukuran roofing mulai dari panjang 2,0 cm sampai 10,0 cm. Yakni dengan kelipatan 0,5 cm. Misalnya panjang 2,5 cm; 3,0 cm; 3,5 cm; 4,0 cm dan seterusnya. Jadi, jumlahnya sekitar 13 macam. Oleh sebab itu, tergolong sangat banyak.
Akan tetapi, karena pemasangan clading adalah menempel pada rangka besi. Maka, ukuran baut yang digunakan tidak perlu panjang. Dengan panjang 2,0 cm merupakan ukuran terpendek dari sekian banyak ragam baut roofing.
Hal itu dimaksud agar proses pemasangan cladding cepat, dan benar-benar rapat dengan rangka. Selain itu adalah guna efisiensi biaya. Dengan menggunakan roofing yang lebih panjang sebenarnya tidak ada manfaatnya bagi kekuatan cladding.
Sementara untuk baut atap adalah panjang 4,5 cm. Hal ini mengingat tinggi gelombang atap galvalum rata-rata adalah 2,5 cm. Jadi, masih ada sisa 2,0 cm untuk mengikat antara rangka, dan bahan atap.
Tidak menutup kemungkinan Anda menggunakan ukuran yang lebih panjang. Misalnya disebabkan jenis atap yang Anda gunakan ternyata beda. Sehingga tinggi gelombang atap tersebut lebih dari 2,5 cm. Maka, sebaiknya menggunakan baut roofing dengan panjang 5,0 cm, atau lebih.
2. Kualitas
Drilling screw yang asli setara dengan mur baut kelas 5.8. Yaitu memiliki kekuatan tarik sampai dengan 55.000 Psi. Menurut standar ISO. Jenis ini setara dengan baut grid 2. Baut skrup jenis ini yang memenuhi syarat untuk pemasangan atap. Supaya, atap bangunan tidak lepas akibat diterpa angin.
Dibawah kualitas tersebut, drilling screw ada pula yang terbuat dari material biasa. Sehingga hanya diperbolehkan untuk pemasangan cladding galvalum. Jenis ini yang sering Anda lihat sekarang, yakni pada saat pemasangan baja ringan.
3. Warna asli baut
Beberapa jasa konstruksi merekomendasikan warna roofing yang tidak semenstinya. Yaitu putih (silver). Bentuk baut yang dimaksud terlihat pada gambar sebelum ini. Karena dari segi bentuk, dan ukuran baut roofing putih memang sama dengan yang berwarna kuning (emas).
Menurut kami, paling tepat untuk pemasangan cladding, maupun atap logam menggunakan roofing warna kuning. Mengingat rangka atap, maupun rangka cladding adalah terbuat dari material baja profil jenis CNP.
Kecuali material rangka tersebut terbuat dari baja ringan. Maka, umumnya menggunakan baut skrup putih tidak masalah. Sebab sejatinya kegunaan baut skrup putih adalah untuk pemasangan baja ringan. Seperti kuda-kuda, kanopi, serta rangka atap lain yang terbuat dari material baja ringan.
4. Letak dan jarak pasang
Cladding galvalum terpasang secara vertikal pada rangka baja yang telah disediakan khusus. Karena pemasangan demikian, maka diperlukan baut roofing yang banyak, agar dinding galvalum tidak melorot, akibat berat dinding, serta, tidak bergelombang, ataupun miring.
Beda dengan pemasangan atap. Hanya miring sedikit diatas rangka, sehingga kemungkinan melorot sangat sedikit. Oleh karena itu jarak pasang baut tidak perlu sebanyak baut cladding. Tapi karena beban hisap, maupun tekanan angin yang besar, maka baut atap yang digunakan harus panjang.
5. Jumlah kebutuhan baut roofing
Jarak ideal pemasangan baut dinding galvalum adalah 25 – 30 cm. Sementara baut atap bisa mencapai 35 cm lebih. Hal ini otomatis membuat kebutuhan baut cladding jauh lebih banyak.
Faktor lain yang mengakibatkan baut cladding lebih banyak adalah jarak rangka. Pemasangan rangka cladding standar adalah 1,0 sampai 1,25 meter. Hal itu bertujuan agar cladding tidak melengkung. Akibat terlalu berat, atau karena hembusan angin.
Sementara jarak rangka atap. Dalam hal ini gording. Bisa mencapai 1,5 meter. Maka dari itu, untuk pemasangan baut roofing dengan luas yang sama. Pasti lebih banyak dibutuhkan untuk memasang cladding.
6. Biaya pengadaan baut
Perbedaan yang terakhir antara pemasangan atap dan cladding galvalum dengan menggunakan roofing. Pertama terlihat dari pengadaan material baut. Biaya pengadaan baut atap jelas lebih tinggi. Karena ukuran baut hampir 3x lipat.
Sedangkan baut cladding, walau dalam jumlah yang banyak. Tapi, harga satuan material sangat murah. Karena pendek. Sebagai perbandingan, harga baut atap ukuran 12×50 saat ini kisaran Rp 225 – Rp 250,- per buah. Sementara baut cladding hanya Rp 130 – Rp 150,- perbuah.